Surat AT Takatsur
HASRAT DUNIA YANG MERUSAK

Penulis : Tati Nuryati,M.Pd.

Abstrak
Surat At Takatsur berisi penjelasan bahwa manusia memiliki hasrat yang harus dipenuhi dalam melangsungkan kehidupannya. Hasrat dunia yang dikelola dan dikendalikan dengan baik akan menjadi jalan bagi manusia untuk mendekaatkan diri kepada Alloh Swt., tapi sayangnya tidak semua manusia dapat melakukannya, sehingga pada akhirnya hasrat dunia tersebut merusak dan menjerumuskan manusia pada kesesatan. Manusia baru menyadari kesalahannya saat kematian datang menjemputnya. Dalam surat At Takatsur Allah Swt. mengancam akan memasukkan manusia ke dalam neraka Jahim jika tidak mampu mengendalikan hasrat dunia. Di akhir surat Allah Swt. menegaskan bahwa pada hari kiamat nanti manusia akan dimintai pertanggungjawaban semua nikmat dan amanah dari Alloh Swt. semasa hidupnya.

Ayat
Surat At-Takatsur

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengsih, Maha Penyayang
اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ – ١
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ – ٢
2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.
كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ – ٣
3. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ – ٤
4. kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui.
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِۗ – ٥
5. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti,
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ – ٦
6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim,
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ – ٧
7. kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri,
ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ – ٨
8. kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).

Pendahuluan
Surat At Takatsur merupakan surat yang ke- 102, terdiri dari 8 ayat, dan terdapat pada juz ke-30. Nama surat At Takatsur diambil dari ayat pertama yang artinya bermegah-megahan. Nama lain surat At Takatsur adalah surat Al Haakum yang diambil dari ayat pertama dan Al Maqrabah yang diambil dari ayat kedua. Surat At Takatsur termasuk surat Makkiyah karena diturunkan kepada Rasulullah Saw. di kota Mekah. Surat At Takatsur diturunkan setelah surat Al Kautsar dan sebelum surat Al Ma’un.
Adapun asbabun nuzul surat At Takatsur pada ayat 1-2 disebabkan adanya pertentangan antara dua kabilah Ansar, yaitu Bani Haritsah dan Banil Harits yang saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya. Mereka juga saling menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang dari golongannya baik yang masih hidup, maupun yang sudah meninggal. Bahkan mereka saling menyombongkan kepahlawanan golongannya yang sudah gugur dengan menunjukkan kuburannya. Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah sehingga melalaikan ibadahnya kepada Allah Swt.

Makna Global Ayat
Semua perhiasan dunia yang dititipkan oleh Alloh Swt. berupa harta yang melimpah, kedudukan yang tinggi, pasangan hidup yang ideal, anak-anak yang pandai dan sukses, dan hiasan dunia lainnya kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu Alloh Swt. mengingatkan kepada kita agar mampu mengendalikan hasrat dunia agar tidak merusak, seperti bermegah-megahan, menumpuk harta dengan cara maksiat, mencintai pasangan hidup dan anak secara berlebihan, dan terlalu sibuk dengan urusan dunia sehingga melalaikan ibadah kita kepada Alloh Swt.
Manusia yang memiliki pengetahuan yang sebenarnya (ainul yaqin) akan mampu mengendalikan hasrat dunia dan menyadari bahwa alam kubur bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kehidupan abadi. Baginya, nikmat dunia hanya ada di tangan dan tidak sampai merasuki hati, sehingga hasrat untuk memperoleh kenikmatan dunia akan diimbangi dengan ketaatan kepada Alloh Swt. agar selamat dunia dan akhirat. Sedangkan bagi orang yang memiliki hasrat yang merusak, maka akan mendapat kerugian dan akan dimasukkan ke dalam neraka Jahim.

Perspektif Tafsir Tematik

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Kecintaan terhadap dunia, kenikmatannya dan keindahannya, telah melalaikan kamu dari mencari akhirat. Dan itu terus terjadi pada kamu sehingga kematian mendatangimu dan kamu mendatangi kuburan serta menjadi penghuninya”.
At-Takatsur (bermegah-megahan) mencakup berbangga dengan banyaknya harta, qabilah, kedudukan, ilmu, dan semua yang memungkinkan terjadi saling berbangga dengannya. Ini ditunjukkan oleh perkataan pemilik sebuah kebun kepada kawannya.
أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا
Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.
Makna ”telah melalaikan kamu” yaitu, telah menyibukkan kamu sehingga kamu lalai dari yang lebih penting, yaitu dzikrullah dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Perkataan ini ditujukan kepada seluruh umat, namun itu dikecualikan orang yang disibukkan oleh perkara-perkara akhirat dari perkara-perkara dunia, dan mereka ini sedikit”.
Ayat ini juga telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw. kepada para sahabat sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits berikut:

عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقْرَأُ أَلْهَاكُمْ التَّكَاثُرُ قَالَ يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِي مَالِي
قَالَ وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ

Dari Mutharrif, dari bapaknya, dia berkata, “Aku mendatangi Nabi Saw. ketika Beliau sedang membaca ayat “Al-hakumut Takatsur”, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Anak Adam mengatakan, ‘Hartaku, hartaku!’, Kemudian Rosululloh Saw. bersabda lagi, “Bukankah engkau tidak memiliki harta kecuali harta yang telah engkau makan, sehingga engkau habiskan; Atau apa yang telah engkau pakai, sehingga engkau menjadikannya usang; Atau apa yang telah engkau sedekahkan, sehingga engkau meneruskan (yaitu terus memilikinya sampai hari kiamat-pen)”. [HR. Muslim]

حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
2. Sampai kamu mengunjungi (masuk ke dalam) kuburan.
Yaitu sampai kematian mendatangimu, sehingga kamu berada di kuburan sebagai orang-orang yang mengunjungi kuburan, lalu kamu akan kembali dari kuburan menuju surga atau neraka, sebagaimana kembalinya orang yang berkunjung menuju rumahnya.
Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa makna ‘Sampai kamu mengunjungi kuburan”, maksudnya adalah sampai kamu mati. Manusia itu memiliki watak untuk bermegah-megahan dengan banyaknya (kesenangan dunia) sampai mati. Bahkan semakin bertambah tua, angan-anganpun ikut bertambah. Maka manusia itu bertambah tua umurnya, namun angan-angannya muda. Misalnya, ada orang yang berumur 90 tahun tetapi angan-angannya laksana pemuda yang berumur 15 tahun. Inilah makna ayat yang mulia ini, yaitu bahwa kamu telah melalaikan akhirat sampai kamu mati dengan sebab bermegah-megah dengan banyaknya (kesenangan dunia)”. Ayat ini juga mengisyaratkan agar manusia banyak mengingat kematian, karena barapapun harta yang berhasil dia kumpulkan di dunia ini, capat atau lambat, semua harta itu pasti akan dia tinggalkan seiring dengan kematian yang datang.

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
Kalla (كَلَّا) dapat berarti sebenarnya, dan berarti larangan. Yaitu berhentilah dari bermegah-megahan ini!
Firman Allah Swt., yang artinya, “kelak kamu akan mengetahui”, yakni kamu akan mengetahui akibat buruk prilakumu, bahwa bermegah-megah ini tidak memberikan manfaat kepada kamu”.

ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Ayat ini memuat berita tentang kepastian adanya siksa kubur dan akhirat. Kita akan mengetahui, malaikat maut akan datang untuk mencabut nyawa. Kita akan mengetahui jika saat memasuki kubur, maka malakikat Munkar dan Nakir datang untuk mengajukan pertanyaan. Ketakutan akan menyelimuti kita saat malaikan munkar dan Nakir menanyai kita di alam kubur.

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin
Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “yakni: sebenarnya jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, kamu benar-benar mengetahui bahwa kamu dalam kesesatan, tetapi kamu tidak mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, karena kamu lalai dan bermain-main di dunia ini. Jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, sesungguhnya kamu benar-benar menyadari bahwa kamu berada di dalam kesesatan dan kesalahan yang besar”.

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ
6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
Mengenai kata “kamu” dalam ayat ini, menurut sebagian Ulama diarahkan untuk orang kafir. Seperti firman Allah Swt.

وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا

Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya.
Sebagian lain menyatakan bahwa kata ‘kamu’ itu untuk umum, semua manusia. Sehingga neraka itu disiapkan untuk orang-orang kafir sebagai tempat tinggal menetap, dan untuk orang-orang beriman sebagai tempat lewat. Allah Swt. berfirman:

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ﴿٧١﴾ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِييهَا جِثِيًّا

Dan tidak ada seorangpun dari kamu, melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.
Karena seluruh manusia akan melewati neraka. Adapun orang-orang kafir mereka akan masuk dan tidak keluar, sedangkan orang-orang beriman, mereka akan melewati sirath (jalan/jembatan di atas jurang neraka Jahannam) dengan kecepatan yang sesuai dengan amalannya ketika di dunia, kemudian di antara mereka sekedar lewat tanpa memasukinya, dan sebagian yang lain memasukinya sementara sampai Allah Azza wa Jalla ijinkan untuk memasuki surga setelah bersih dari dosa-dosa. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka.

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
7. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.
Yaitu (kamu) akan melihat neraka dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat. Setelah kita mengetahui berita-berita yang haq dari Allah Swt.dan Rasul-Nya seperti ini, maka janganlah kita terpedaya dengan kehidupan sementara di dunia ini, kemudian tersibukkan dengannya, dan melalaikan kehidupan hakiki di akhirat. Hanya Allah tempat memohon pertolongan.

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
8. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.
Kenikmatan yang akan ditanyakan pada hari kiamat itu umum meliputi seluruh kenikmatan, seperti: kesehatan, keamanan, waktu luang, kelengkapan panca indra, kelezatan makanan dan minuman, makan pagi, siang, dan malam, kenyangnya perut, segarnya minuman, naungan tempat tinggal, keseimbangan badan, kenikmatan tidur, kebahagiaan jiwa, dan lainnya dari nikmat Allah yang tidak terbatas.
Nabi Saw. telah memberitakan kepada kita tentang masalah-masalah yang akan ditanyakan pada hari kiamat. Antara lain yang disebutkan di bawah ini:

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّىى يُسْأَلَ
عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

Dari Ibnu Mas’ud dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidaklah telapak kaki hamba akan bergeser dari hadapan Robbnya pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang lima perkara: “Tentang umurnya untuk apa dia habiskan; tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan; tentang hartanya, dari mana dia mendapatkannya; dan untuk apa dia belanjakan; dan apa yang telah dia amalkan dari apa yang telah dia ketahui”.

Perspektif Living Quran
Sungguh mulia kehidupan orang yang mencintai dan istiqomah membaca Al Quran termasuk di dalamnya surat At Takatsur karena satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan. Sebagaimana dijelskan dalam hadits.

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ ووَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”
Bila dikaji di dalam kitab tafsir Al-Jami’ li ahkamil Qur’an, Imam al-Qurthubi menyebutkan bahwa surat ini adalah satu-satunya surat di dalam al-Qur’an yang berbicara tentang menziarahi kubur tergolong salah satu obat yang paling mujarab bagi hati yang keras. Ketika seseorang membaca dan mendalami makna surat At Takatsur ini, maka hatinya akan lembut karena senantiasa mengingat kematian yang kapan saja akan menjemput.
Membaca surat At Taktsur akan memberikan berbagai kenikmatan karena isi surat ini memberikan pemahaman bahwa harta, tahta, dan pasangan yang cantik/ganteng dimilikinya di dunia ini akan ditinggalkannya. Ketika bisa memahami ini dengan bijak akan menempa diri menjadi pribadi yang ikhlas dan zuhud.
Pribadi yang ikhlas akan lapang dada jika semua kenikmatan yang dimilikinya sewaktu waktu akan diambil oleh Alloh Swt. Sedangkan zuhud adalah pribadi yang hanya mengambil harta hanya untuk kebutuhannya saja. Selebihnya, bakal disedekahkan atau diberikan kepada orang lain yang membutuhkannya. Meski ia bekerja, upah atau gaji yang didapatnya dibagi menjadi dua. Yaitu, untuk kebutuhan hidupnya dan untuk disedekahkan kepada orang lain. Artinya, bila kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi, maka selebihnya ia berikan kepada orang-orang yang tidak mampu. Disinilah seseorang akan mendapatkan beragam kenikmatan diantaranya, ia akan selamat dari hasrat yang merusak.
Kenikmatan yang lain yang didapat adalah badannya akn lebih sehat karena ia hanya menggunakan harta dan makannya seukuran kebutuhannya. Sungguh, kebanyakan manusia saat ini mengalami beraneka penyakit karena terlalu berlebih-lebihan dalam mengumpulkan harta, makanan dan kebutuhan hidup lainnya.
Di dalam kitab hadis shahih Muslim disebutkan, ketika selesai membaca surat At Takatsur Rasulullah Saw. bersabda, “Anak adam mengatakan, hartaku, hartaku! Tidaklah kau memiliki apapun dari hartamu, kecuali apa yang engkau makan dan ia pun habis, apa yang engkau pakai dan dia pun menjadi usang, apa kau sedekahkan, ia pun menjadi berlalu. Harta selain itu akan lenyap dan perkenanlahlah untuk orang lain.”
Ucapan Rasulullah SAW. tersebut menjadi bukti bahwa kebutuhan manusia hakikatnya tidaklah banyak. Ia hanya perlu pada makanan yang dimakannya, dan pakaian yang dipakainya. Jika ada yang lebih, hendaklah disedekahkan. Jika tidak, inilah yang membuat seseorang menjadi mudah terserang penyakit. Karena ia bisa sibuk memikirkan hartanya atau ia menjadi orang yang gemar mengonsumsi segala hal yang halal secara berlebihan sehingga membuat fisiknya menjadi tidak sehat.
Inilah di antara nikmat yang bakal diberikan Allah kepada orang yang rajin membaca surat At Takatsur. Ia akan mendapatkan kenikmatan karena tidak mudah terserang penyakit. Ia akan mendapatkan kenikmatan karena tidak sibuk mengumpulkan harta, sehingga kehidupannya menjadi lapang dan senang. Makanya, Rasulullah Saw. bersabda, “Dua nikmat yang dilupakan kebanyakan manusia adalah sehat dan waktu senang.”
Para ulama tafsir sepakat, bahwa ayat ke-3 sampai dengan ayat ke-8 dari surat At-Takatsur adalah, gambaran yang akan menimpa orang-orang yang terlalu menyibukkan diri dan membanggakan diri mereka dalam mengumpulkan harta. Mereka akan menyaksikan apa yang telah disiapkan Allah SWT. Maka tidak heran bila Allah menggunakan kata “kalla” sebanyak tiga kali di dalam ayat.
Ketika Allah Swt. berfirman, “Sekali-kali tidak, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)” (QS. At-Takatsur: 3), para ulama tafsir sepakat bahwa ayat ini akan membicarakan tentang kematian pasti akan datang, dan para pengumpul harta akan berpisah dengan hartanya. Akibat perbuatannya tersebut, ia tidak memiliki bekal amal yang banyak saat dipanggil Allah Swt. Sungguh, ini adalah penyesalan pertama para pengumpul harta.
Seanjutnya Allah SWT. berfirman, “kemudian sekali-kali tidak, kelak kamu akan mengetahui” (QS. At-Takatsur: 4), para ulama tafsir sepakat bahwa ini juga bagian dari penyesalan manusia selanjutnya. Yaitu, ketika masuk ke dalam kubur, lalu Malaikat Munkar dan Nakir datang menemuinya dam mengajukan beragam pertanyaan hingga tak mampu menjawab. Pertanyaan yang diajukan tak luput dari sekitar permasalahan harta yang dimiliki dan untuk apa digunakan.
Ketika Allah SWT. berfirman, “Sekali-kali tidak, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin” (QS. At-Takatsur: 5), para ulama sepakat bahwa ini adalah penyesalan terakhir manusia saat mengetahui dengan yakin bahwa catatan amalnya hanya berisi catatan tentang keburukan akibat menyibukkan diri dalam mengumpulkan harta sehingga lupa ibadah atau ibadah hanya dijadikan sekedar penggugur kewajiban sebagai muslim.
Ketika Allah Swt. berfirman, “Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” para ulama sepakat bahwa neraka jahim adalah tempat akhir dari orang yang sibuk mengumpul harta. Harta tersebut bukan digunakan untuk ibadah atau diinfakkan di jalan Allah, tapi hanya untuk membanggakan diri. Di hari penghisaban nantinya akan ditanya kepada Allah Swt. tentang nikmat-nikmat yang sudah diberikannya, tapi tidak pernah digunakan untuk yang baik. Sungguh, yang ada nantinya hanyalah penyesalan demi penyesalan.

Perspektif Smart Motivasi Quran
Surat At Takatsur menjelaskan bahwa banyak manusia terbuai dalam hasrat dunia berupa wanita, anak-anak dan harta kekayaan yang melimpah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Ayat ini menjelaskan bahwa perhiasan dunia diciptakan bukan untuk mempersulit manusia, namun untuk menguji apakah manusia itu sanggup menahan hasrat dunia atau tidak. Sebagai contoh, banyak lelaki beristri yang tidak sanggup menahan hasrat dirinya sehingga terjerat godaan wanita lain, bahkan terjerat oleh wanita yang telah bersuami. Atau sebaliknya banyak wanita bersuami yang terjerat lelaki yang telah beristri. Padahal hasrat untuk mendapatkan lawan jenis dengan tidak melalui jalur-jalur syariat Allah, akan berdampak buruk bagi manusia tersebut.
Mereka tidak menyadari bahwa hasrat duniawi itu tidak akan berhenti dan terpuaskan sampai ajal menjemput. Oleh karena itu mari kita senantiasa mencintai dan menyayangi pasangan yang telah diberikan oleh alloh Swt. karena mereka adalah pasangan terbaik.
Begitu pula dengan kebanggaan terhadap anak-anak, banyak orang tua yang salah asuh dalam mendidik putra-putrinya. Mereka hanya memikirkan apa yang mereka makan dan akan jadi apa mereka nanti. Kesuksesan diukur dalam kacamata dunia. Banyak orang tua yang bersedih saat mereka tahu anaknya tidak menguasai bahasa asing atau nilai raportnya jelek, tetapi biasa saja jika melihat anaknya tidak bisa membaca Al Quran dan sering meninggalkan sholat. Oleh karena itu mari kita mencintai sewajarnya dan mendidik dengan cara-cara qur’ani agar mereka menjadi anak uang sholeh dan sholehah.
Hiasan dunia lain yang sering melalaikan manusia adalah urusan harta dan tahta. Harta dapat berupa emas, perak, hewan ternak, hewan peliharaan, kendaraan, tanah, sawah, kebun, ladang, dll. Hasrat untuk memiliki harta yang melimpah adalah keinginan dasar bagi manusia. Hasrat dunia hanyalah kesenangan yang bersifat sementara, fana dan akan lenyap sedangkan yang kekal adalah surga Allah semata. Oleh karena itu marilah kita mencari harta dengan cara-cara yang halal dan menggunakannya di jalan yang diridhoi Allo Swt. Kita harus menyadari bahwa hasrat manusia itu tidak ada batasnya, jika kira terus memperturutkan hasrat dunia yang merusak, maka kita akan celaka. Tugas kita adalah mengendalikan hasrat tersebut jangan sampai merusak sebagaimana yang terkandung dalam surat At Takatsur. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur dan qonaah atas apa yang Allah limpahkan.
Selaran dengan isi surat At Takatsur, Rosululloh Saw. menjelaskan bahwa kita harus memanfaatkan 5 perkara sebelum datang yang 5 perkara untuk membentengi diri kita dari hasrat yang merusak,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Manfaatkanlah lima perkara sebelum kamu kedatangan lima perkara. Yakni Masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Sehatmu sebelum datang sakitmu. Masa kayamu sebelum datang faqirmu. Waktu luangmu sebelum waktu sibukmu. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu”. (HR. Ibnu Abbas RA).
Pertama, masa muda sebelum datang masa tua. Menjadi tua adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari, oleh karena itu kita harus mengisi masa muda dengan amal ibadah dan hal-hal yang positif. Alangkah ruginya jika kita menyia-nyiakan masa muda. Di saat orang lain sukses dan kaya karena rajin belajar di masa mudanya, kita masih harus bekerja keras bahkan meminta bantuan orang lain untuk mendapatkan sesuap nasi di masa tua karena saat muda waktu kita dihabiskan untuk mengikuti hasrat dunia yang tidak penting.
Kedua, masa sehat sebelum sakit. Kita harus menjaga nikmat sehat dengan melaksanakan pola hidup sehat karena kesehatan adalah nikmat yang besar. Selain itu kita harus memanfaatkan masa sehat dengan berbuat amal kebajikan, jangan sampai kita banyak alasan dan pura-pura sakit saat melaksanakan ibadah. Bagaimana jika kepura-puraan kita akan menjadi kenyataan ?.
Ketiga, masa kaya sebelum miskin. Kita harus faham bahwa kekayaan adalah apa yang kita infakkan di jalan Allah, bukan apa yang tersimpan di akun rekening bank. Oleh karena itu semasa kaya kita harus membayar zakat, berindak, dan bershosaqoh karena saat masuk alam kubur kita tidak akan membawa apa-apa bahkan kain kafan kita pun nanti tidak memiliki saku yang bisa digunakan untuk mengantongi uang.
Keempat, waktu luang sebelum sibuk. Dunia itu hanya sebuah persinggahan, jika kita berleha-leha di waktu luang, maka pada saat ajal di tenggorokan kita belum punya bekal amal yang cukup. Dan kelima, masa hidup sebelum mati. Hidup adalah perjuangan dan kematian adalah ujung perjuangan sekaligus pintu dari kehidupan abadi. Hidup itu singkat sedangkan akherat itu abadi, tetapi banyak manusia yang terjebak tipu daya dunia. Bagi orang yang beriman, mengingat kematian adalah motivasi untuk semakin meningkatkan amal ibadah dan kematian adalah moment terindah untuk menghadap Alloh Swt.

Refleksi dan Tadabbur Qurani
Di jaman penuh persaingan seperti saat ini banyak manusia yang terlalu sibuk memenuhi hasrat dunia sampai melupakan urusan akhirat. Sebagai contohnya kita sering mendengar berita tentang pejabat yang memiliki penghasilan besar terjerumus melakukan tindakan korupsi karena kerakusannya menumpuk harta untuk bermegah-megahan. Ada pula orang yang melakukan tindakan manipulatif dan menghalakan segala cara untuk mendapatkan jabatan. Mereka tidak sadar bahwa pejabat hakikatnya adalah pelayan rakyat bukan perampok hak takyat.
Rosululloh menjelaskan bahwa harta kita sesungguhnya adalah yang kita pakai, kita makan, dan kita sedekahkan. Dan harta yang menjadi bekal di akhirat adalah harta yang kita sedekahkan. Saat menghadap Alloh Swt. kita harus mempertanggung jawabkan 5 perkara, yaitu untuk apa umur kita habiskan? untuk apa masa muda kita gunakan ? dari mana kita mendapatkan harta ? digunakan untuk apa harta yang kita miliki ? dan amal baik apa yang telah kita lakukan ?.
Kita sering terlalu sibuk dengan menghabiskan waktu untuk urusan dunia seperti bekerja, belajar atau hal lainnya sampai melalaikan ibadah kepada Alloh Swt. Kita bisa disiplin waktu saat bekerja, tetapi berleha-leha saat ibadah kepada Alloh Swt. Bahkan ibadah yang kita lakukann sering terburu-buru dan hanya sebatas penggugur kewajiban. Dzikir tertinggal, sholat shunat terlewat, bahkan ada yang sampai rela meninggalkan sholat wajib. Kita lupa bahwa perjalanan hidup di dunia ini hanya sementara dan kematian akan datang dengan tiba-tiba sedangkan kita belum memiliki bekal untuk menghadap Alloh Swt.
Orang yang memiliki kecerdasan yang sesungguhnya (ainul yaqin) akan mempersiapka diri dengan taat kepada Alloh agar tidak termasuk golongan penghuni neraka Jahim sehingga tidak akan sibuk untuk bermegah-megahan yang dapat melalaikan Allah Swt. karena mereka mengetahui bahwa semua kenikmatan dunia berupa kesehatan, waktu luang, keamanan, makanan, minuman dan nikmat-nikmat lainnya akan dipertanggungjawabkan kepada Alloh Swt.
Salah satu upaya melembutkan hati ialah dengan dengan berjiarah kubur hati. Berjiarah kubur dapat memberikan pelajaran bahwa suatu saat kita pun akan dicabut nyawa, masuk ke alam kubur lalu bertemu dan ditanyai oleh malaikat Munkar dan Nakir. Setelah itu kita dihadapkan pada dua kemungkina, mendapatkan siksa kubur atau nikmat kubur ?

Penutup
Surat At Takatsur ini memberikan peringatan kepada orang yang tidak bisa mengendalikan hasrat dunia. Mereka sibuk bermegah-megahan, membanggakan diri dan hanya memikirkan kelezatan dan kesenangan fisik semata Merekalupa bahwa setiap rejeki dan kenikmatan yang diterima harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya karena kelak harus dipertanggungjawaban. Mulai dari kesehatan, waktu, harta, istri/suami, kedudukan, hingga anak-anak. Jangan sampai nikmat-nikmat itu justru melalaikan dari akhirat. Bagi menreka yang tidak mampu mengendalikan hasrat dunia maka neraka Jahim tempatnya.
Demikian kajian surat At Takatsur mulai dari terjemahan, makna global ayat, perspektif tafsir tematik, perspektif living quran, perspektif Smart Motivation Qur’an (SMQ), refleksi dan tadabbur qurani. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjauhkan kita dari hasrat dunia yang merusak. Amin yra.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here